Selasa, 09 Juni 2020 - 14:42 WIB
Wakil Ketua DPRD Sulbar Usman Suhuriah
Menuju Pemulihan
Oleh : Usman Suhuriah
Wakil Ketua DPRD Sulbar
Dalam manajemen kebencanaan memang terdapat bagian yang disebut dengan tahap pemulihan. Dan dikaitkan tahap ini maka apa yang kemudian disebut dengan new normal sedikitnya akan memiliki hubungan walaupun konteksnya akan berbeda.
New normal yang secara resmi diumumkan bapak presiden Jokowi di akhir bulan lalu, konteksnya diarahkan sebagai solusi lanjutan dari penanganan dan penanggulangan pandemi Covid-19 yang masih terus kita hadapi hingga saat ini. Solusi ini diambil dengan mempertimbangkan pentingnya kondisi kenormalan baru diikuti pelonggaran terhadap aktivitas warga namun harus dengan protokol kesehatan atau dengan protap yang telah ditentukan.
Tentu terdapat alasan mendasar dengan pilihan new normal ini, yakni diantaranya aktivitas warga tidak boleh berhenti sebab bisa berdampak kepada keberlangsungan ekonomi termasuk dampaknya terhadap ekonomi nasional. Sementara hal mendasar lain adalah penularan Covid-19 ini harus tetap ditangani dan ditanggulangi sampai mencapai keadaan tertentu termasuk hingga ditemukannya vaksin penawar dari pada virus ini.
Lewat kebijakan new normal diikuti protap kesehatan dan kemudian berlangsung kehidupan sosial warga menjadi lebih normal pun akan memberikan dampak positip terhadap stabilisasi kehidupan warga. Sembari semua pihak bisa beraktivitas secara normal untuk kemudian kembali menjalani kehidupan produktif. Karenanya dengan new normal wajar menjadi pilihan kebijakan dengan beberapa pertimbangan dan kepentingan dimaksud.
Merujuk kepada konteks pemulihan seperti dalam penanganan kebencanaan pada umumnya maka langkah untuk menuju ke sana adalah memerlukan perumusan terutama yang terkait dengan area cakupan mana yang akan mendapat kebijakan pemulihan. Area mana yang memerlukan penanganan dan penanggulangan guna memasuki maksud kebijakan kenormalan baru.
Oleh beberapa referensi yang berhubungan dengan manajemen kebencanaan maka terdapat beberapa hal yang disebut sebagai upaya menuju pemulihan. Upaya tersebut tentu sebisanya dilakukan secara sistematis karena tiap upaya dan penerapannya akan saling pengaruh satu dengan yang lain.
Upaya pertama adalah dengan langkah pemetaan [mapping]. Upaya ini akan melihat antara lain wilayah mana yang akan memiliki tingkat kerawanan yang tinggi, sedang, rendah. Dengan begitu maka informasi yang didapatkan akan menjadi acuan dalam membentuk keputusan antisipasi terhadap kejadian yang sedang dan akan dihadapi.
Dengan upaya pemetaan, masing-masing wilayah terbuka peluang untuk mengenali tiap-tiap area berikut kategorinya. Tiap-tiap wilayah akan memiliki peta dasar (peta sosial) yang lebih aktual, selain informasi atau data-data yang bersifat primer saat penanganan dan penanggulangan sebelumnya. Gambaran mengenai informasi daerah terpapar (cluster), informasi terhadap warga yang dinyatakan meninggal karena infeksi bersama keluarganya, informasi yang disebut dengan status ODP,PDP,OTG, akan melengkapi informasi/data yang lebih update lewat pemetaan.
Dengan pemetaan selain untuk mengaktualisasikan informasi kebencanaan adalah sama ditujukan agar ada petunjuk yang lebih baru dalam hal memasuki situasi baru karena kebijakan baru. Selanjutnya pemetaan ini akan lebih berarti untuk dipergunakan dalam menyusun perencanaan kebencanaan yang setiap waktu dapat ditampilkan atau di-display bila dibutuhkan.
Hal berikut adalah upaya pemantauan. Hal ini dianggap penting karena dalam upaya menuju pemulihan tetap diperlukan tindakan observasi maupun monitoring. Dengan pemantauan akan menghasilkan informasi terhadap potensi maupun kemungkinan kejadian baru karena situasi baru. Dengan langkah ini pula sangat mungkin akan mendapati informasi yang berkaitan dengan faktor-faktor pencetus yang baru karena munculnya aktivitas berbeda dari sebelumnya yang semula tidak pernah dinilai sebagai faktor pencetus namun dengan kebijakan baru memiliki potensi untuk menjadi faktor pencetus.
Upaya selanjutya adalah penyebaran Informasi. Penyebaran informasi dapat dilakukan melalui media cetak atau media elektronika. Sebaran informasi akan memuat berbagai arahan, instruksi, ajakan atau informasi-informasi yang sesuai dengan kebijakan lebih baru. Informasi yang mengarah kepada pembentukan sikap untuk beradaptasi dengan kenyataan baru. Informasi dan penyebarannya dapat disalurkan ke berbagai kanal termasuk menyampaikannya ke mimbar rumah ibadah, ke pasar-pasar, ke sekolah, ke kampus, di tempat fasilitas angkutan umum bahkan informasi yang berisikan hal yang berifat domestik dimulai dari cara berbelanja sampai bagaimana saat menerima tamu.
Penyebaran informasi ini akan sangat membantu dalam kondisi kebencanaan sehingga dengan muatan informasi dan penyebarannya akan menentukan tingkat pemahaman warga, berikut perubahan kepada pemulihan hingga ke tingkat relaksasinya dengan batas tertentu. Dengan informasi mengenai kenyataan baru dapat membantu ke dalam kondisi pemulihan untuk masuk dalam kondisi dimaksud yaitu kondisi kenormalan baru.
Akhirnya dengan beberapa upaya atau strategi yang disebutkan, berikut kebijakan menuju new normal, maka strategi yang dimaksudkan sebenarnya tengah mengarah kepada upaya pemulihan. Yakni pemulihan terhadap kondisi kebencanaan agar dapat diadaptasi secara lebih cepat.
Laporan | : | Usman Suhuriah |
Editor | : | Ruslan Amrullah |